Mengintip diantara kabut: Bagaimana data dapat membantu kita menyelidiki kebakaran di Indonesia
WRI telah memperbarui data terkait kebakaran hutan di Indonesia.
Cecelia Song, Andika Putraditama, Andrew Leach, Ariana Alisjahbana, Lisa Johnston, Jessica Darmawan, James Anderson dan ahli-ahli lainnya di WRI juga berkontribusi dalam artikel ini.
Read this story in English here
Penduduk di,Singapura, sebagian dari Indonesia dan Malaysia sedang mengalami kabut asap yang menganggu aktivitas sehari-hari akibat kebakaran hutan. Tingkat kualitas udara di Singapura telah jatuh ke tingkat terburuk yang pernah tercatat di pulau tersebut sedangkan bandara di Indonesia dan beberapa sekolah di Malaysia harus ditutup. Hampir semua kebakaran yang terjadi baru-baru ini (12-20 Juni) berasal dari titik api di Sumatera.
Media massa banyak memuat debat sengit mengenai lokasi, sebab, dan sifat kebakaran. Saat ini WRI telah menyusun beberapa data awal yang menunjukkan beberapa pola menarik. Data awal menunjukkan kebakaran yang terjadi relatif sedikit di kawasan lindung dan konsesi penebangan. Lebih dari setengah dari peringatan titik api yang ditemukan terjadi pada hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit. Meskipun membakar hutan bagi perusahaan di Indonesia merupakan perbuatan ilegal, perusahaan di masa lalu telah diketahui menggunakan api untuk pembukaan lahan. Hal ini akan menjadi penting untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai lokasi kebakaran dan penyebabnya. Informasi ini dapat memberi implikasi penting bagi perusahaan-perusahaan dan badan pemerintah yang terlibat.
Meneliti Data Kebakaran Hutan
WRI telah mengumpulkan informasi dari data Titik Api Aktif NASA yang menggunakan data satelit untuk menentukan peringatan titik api secara real time, bersama dengan peta konsesi untuk kelapa sawit, konsesi penebangan, dan konsesi hutan tanaman industri dari Kementrian Kehutanan. Kami lalu menghitung jumlah titik api dari data NASA pada setiap konsesi di Indonesia mentabulasi hasilnya. (Data NASA hanya mengindikasikan kemungkinan lokasi ternjadinya kebarakan. Untuk mengetahui apakah ada api atau tidak, data tersebut harus diverifikasi di lapangan. Lihat disini untuk informasi lebih lanjut tentang data NASA.)
CATATAN: visualisasi di bawah ini berdasarkan data dari NASA dan Pemerintah Indonesia yang tersedia secara publik. Peneliti-peneliti dari WRI telah melakukan upaya yang terbaik untuk memverifikasi informasi ini, tetapi tidak dapat memastikan keakuratan informasi yang didapatkan.
Klik disini untuk melihat peta interaktif dari WRI yang menunjukkan lokasi kebakaran dan konsesi hutan.
Walaupun ini merupakan sebuah gambaran awal, kita dapat mencatat beberapa pola menarik:
Informasi di atas mengacu pada dua sumber data:
- Data Titik Api Aktif NASA dari Informasi Kebakaran Untuk Sistem Manajemen Sumber Daya (FIRMS) pada rentang tanggal 12-20 Juni 2013, tersedia di sini.
- Peta konsesi untuk kelapa sawit, konsesi penebangan, dan konsesi hutan tanaman industri, tahun 2010, dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, yang sebelumnya telah kami unduh dari situs Kementerian. (informasi ini tidak lagi tersedia di situs Kementerian.)
Sebagian besar peringatan titik api NASA berada di dalam Provinsi Riau, dan terutama dalam batas-batas hutan tanaman industri dan konsesi kelapa sawit. Sekitar 52 persen dari total titik api terjadi di dalam daerah-daerah konsesi. Peringatan titik api yang berada di hutan lindung atau konsesi untuk penebangan selektif jumlahnya jauh lebih sedikit.
Menurut data resmi yang tersedia, perusahaan yang merupakan bagian dari grup Sinar Mas dan Raja Garuda Mas (RGM) memiliki konsesi dengan jumlah peringatan titik api terbesar. Bila digabungkan, kedua kelompok ini berkontribusi lebih dari 50 persen dari peringatan titik api di semua konsesi.
Penting bagi badan pemerintah untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut dan memverifikasi lokasi dan penyebab langsung dari kebakaran. Data satelit dapat menunjukkan lokasi peringatan titik api tetapi tidak dapat menunjukkan bagaimana kebakaran tersebut memulai atau menyebar. Hal ini menunjukkan pentingnya data yang terkini—termasuk ketersediaan data konsesi yang dapat diakses oleh publik.
Pengelolaan sumber daya hutan yang efektif merupakan salah satu kunci untuk mencegah kebakaran di masa depan. Dengan meningkatnya kemampuan deteksi mendekati real-time, badan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dapat mengkoordinasikan dan merespon peristiwa kebakaran dengan cepat. Pemetaan satelit dan website seperti Forest Cover Analyzer dari WRI dapat membantu untuk memvisualisasikan penebangan hutan, kebakaran, dan data konsesi. Akhir tahun ini, WRI dan mitra-mitra akan menerbitkan Global Forest Watch untuk membantu memahami penebangan hutan pada skala global.
Dengan data yang lebih baik, pemerintah dan perusahaan di Indonesia dapat membuat keputusan-keputusan lebih baik dan bergerak menuju masa depan dengan langit yang lebih cerah.
Artikel ini telah disunting untuk mengklarifikasi penggunaan data peringatan titik api NASA. Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut tentang system ini.