Synopsis

This WRI/Sekala Working Paper demonstrates how to implement a quick and cost-effective method for identifying potentially suitable “degraded land” for sustainable palm oil production in Indonesia and presents results from the application of the method in West Kalimantan and Central Kalimantan. The method consists of a desktop analysis as well as field assessments. The desktop portion of the method will be made easily replicable through an interactive Kalimantan-wide Suitability Mapper website

Laporan WRI/Sekala ini memuat sebuah metode cepat dan murah untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan berpotensi cocok untuk budidaya kelapa sawit dan hasil yang didapat setelah diterapkan di Kalimantan Barat dan Tengah. Metode ini terdiri dari analisis desktop menggunakan data yang telah tersedia dan juga peninjauan lapangan. Metode ini terdiri dari sejumlah indikator yang mempertimbangkan faktor lingkungan, ekonomi, sosial dan hukum. Analisa desktop dari laporan ini dapat direplika menggunakan aplikasi “Suitability Mapper” yang dapat di akses disini.

Executive Summary

Full Text/English

Palm oil production in Indonesia has the potential to generate local benefits if oil palm cultivation expansion follows sustainable planning and management practices, including respect for local interests and rights. Potential benefits include increased incomes, profits, and government revenues, reduced poverty, and improved natural resource management. Whether this potential is achieved will depend on how new areas for oil palm cultivation are identified.

This working paper demonstrates how to implement a quick and cost-effective method for identifying potentially suitable areas for oil palm cultivation. The method is designed in accordance with established standards for sustainable palm oil production, such as those of the Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO); incorporates relevant Indonesian laws and policies; and is consistent with proposed national REDD+ strategies to support palm oil production on low carbon degraded land. The method consists of a desktop analysis using readily available data and rapid field assessments. It is based on a set of indicators related to selected environmental, economic, social, and legal considerations.

This method can be used by companies as a first step in a site selection process for a certified sustainable plantation and can inform government officials and nongovernmental organizations (NGOs) in assessing land use policy options to support the expansion of sustainable palm oil production on degraded land. However, since it is designed primarily to rapidly identify the highest priority areas for further investigation, it should not be used to predetermine where oil palm cultivation expansion should occur.

Using this method as a first step in a site selection process can reduce the costs of implementing the additional due diligence activities required to confirm the suitability of a potential site for oil palm cultivation. These activities, which are outside the scope of this paper, include community mapping to document community claims and rights, conducting high conservation value (HCV) and social impact assessments, implementing a comprehensive free prior and informed consent (FPIC) process, and fulfilling legal requirements.

The World Resources Institute (WRI) and Sekala applied this method to identify nine potentially suitable areas in the Indonesian province of West Kalimantan for a pilot sustainable palm oil project under Project POTICO. These nine sites were identified through targeted field assessments of high priority sites identified through the desktop analysis using project-specific criteria and do not represent all potentially suitable areas in the province.

The desktop analysis, the first step in this method, classified a total of approximately seven million hectares of land in the provinces of West Kalimantan and Central Kalimantan as potentially suitable, using the best publicly available data at the time of publication.

This desktop analysis, associated data, and other supplemental materials will be made easily accessible on a “Suitability Mapper” application to be available on this website in mid-2012. The application will allow users to replicate the desktop portion of this analysis or generate their own suitability maps—using parameters of their choice—to guide their own targeted field assessments.


Produksi kelapa sawit di Indonesia berpotensi menghasilkan manfaat-manfaat lokal jika pengembangannya mengikuti praktek-praktek perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan, termasuk menghormati kepentingan dan hak-hak lokal. Manfaat-manfaat potensial tersebut antara lain peningkatan penghasilan bagi masyarakat sekitar, peningkatan pendapatan pemerintah, pengurangan kemiskinan dan perbaikan pengelolaan sumber daya alam. Tercapainya potensi ini akan bergantung dari bagaimana perusahaan dan pemerintah mengidentifikasi kawasan-kawasan baru untuk penanaman kelapa sawit.

Laporan ini memuat sebuah metode cepat dan murah untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan berpotensi cocok untuk budidaya kelapa sawit. Metode ini dirancang untuk mendorong produksi kelapa sawit pada lahan terdegradasi berkarbon rendah sesuai standar yang sudah ada untuk produksi kelapa sawit berkelanjutan, seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO); sesuai dengan hukum dan kebijakan yang ada di Indonesia; dan juga konsisten dengan rancangan strategi nasional Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation - REDD+). Metode ini terdiri dari analisis desktop menggunakan data yang telah tersedia dan juga peninjauan lapangan. Metode ini terdiri dari sejumlah indikator yang mempertimbangkan faktor lingkungan, ekonomi, sosial dan hukum.

Metode ini dapat digunakan oleh perusahaan kelapa sawit sebagai langkah pertama dalam proses pemilihan lokasi untuk perkebunan bersertifikat ramah lingkungan. Metode ini juga dapat menginformasikan pihak pemerintah dan organisasi non pemerintah (NGO) dalam membuat kebijakan yang mendukung ekspansi produksi kelapa sawit pada lahan terdegradasi. Namun, karena metode ini dirancang hanya untuk mengidentifikasi kawasan prioritas tertinggi untuk diselidiki lebih lanjut, seharusnya bukan menjadi satu-satunya penentu lokasi ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Dengan menggunakan metode ini sebagai langkah pertama dalam proses pemilihan lokasi, perusahaan kelapa sawit dapat mengurangi biaya kegiatan-kegiatan tambahan yang dibutuhkan untuk memastikan kecocokan sebuah kawasan yang berpotensi dijadikan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan-kegiatan tersebut, yang berada di luar lingkup pembahasan laporan ini, terdiri dari pemetaan partisipatif untuk mendokumentasikan klaim-klaim dan hak-hak masyarakat, melakukan penilaian Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (HCV) dan dampak sosial, menerapkan proses persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (PADIATAPA/FPIC) yang menyeluruh dan memenuhi persyaratan hukum.

World Resources Institute (WRI) dan Sekala menerapkan metode ini untuk mengidentifikasi sembilan kawasan berpotensi di Provinsi Kalimantan Barat sebagai proyek percontohan kelapa sawit berkelanjutan di bawah Proyek POTICO (/project/potico). Kesembilan kawasan tersebut didapat melalui peninjauan lapangan yang berfokus pada kawasan prioritas tertinggi hasil dari analisis desktop, menggunakan kriteria khusus untuk konteks proyek tersebut dan tidak bermaksud untuk mewakili seluruh kawasan berpotensi di provinsi tersebut.

Langkah pertama dalam metode ini adalah analisis desktop yang mengklasifikasikan sekitar 7 juta hektar lahan yang berpotensi cocok di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Analisa ini menggunakan data-data yang tersedia untuk umum pada saat laporan ini ditulis. Analisis desktop, data terkait, dan materi-materi pendukung lainnya bisa diakses di situs web (/ publication/identifying-degraded-land-sustainable-palmoil- indonesia). Situs ini juga memungkinkan para pengguna untuk membuat sendiri sebuah peta kecocokan – menggunakan parameter pilihan mereka – untuk memulai penilaian lapangan sesuai dengan kebutuhan.