Baca versi bahasa Inggris di sini.

Data satelit terkini menunjukkan bahwa hilangnya tutupan pohon Indonesia melambat menjadi 1.6 juta hektar per tahun beberapa tahun terakhir.

JAKARTA (2 April, 2015)– Pada tahun 2013 angka kehilangan tutupan pohon tahunan Indonesia mencapai titik terendah dalam satu dasawarsa terakhir menurut hasil pengolahan citra satelit resolusi tinggi yang dirilis oleh Global Forest Watch, sebuah kemitraan yang dipimpin oleh World Resources Institute. Dari tahun 2011–2013 angka rata-rata kehilangan tutupan pohon Indonesia adalah 1.6 juta hektar per tahun yang mengindikasikan bahwa tren lonjakan angka kehilangan tutupan pohon di satu dasawarsa terakhir kemungkinan telah mendatar. Walaupun demikian, angka kehilangan tutupan pohon di Indonesia tetap tinggi jika dibandingan dengan negara lain. Indonesia menduduki peringkat kelima tertinggi di dunia dengan angka kehilangan tutupan pohon tahunan pada periode 2011–2013. Data terbaru ini menunjukkan tanda-tanda cukup menggembirakan bagi hutan di Indonesia, tetapi dibutuhkan data dengan rentang waktu yang lebih lama dan riset tambahan untuk mengkonfirmasi tren tersebut.

“Data terbaru ini harus dapat terus mendorong momentum untuk memperbaiki sistem pengawasan dan pengelolaan hutan di Indonesia,” kata Dr. Nirarta Samadhi, Direktur WRI Indonesia. “Walaupun kita tersemangati oleh data terbaru ini, tetapi tetap ada perbaikan yang harus dilakukan seperti dalam bidang penegakan hukum dan transparansi data, khususnya dalam kerjasama antar lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mempromosikan pengembangan komoditas yang berkelanjutan, memperkuat moratorium kehutanan, dan meningkatkan kerjasama dalam pemetaan hutan. ”

Data terbaru ini diperoleh dari University of Maryland dan Google yang merepresentasikan kumpulan data kehilangan tutupan pohon global terbesar dan termutakhir. Dengan ditambahkannya data ini, saat ini Global Forest Watch dapat menampilkan data kehilangan tutupan pohon dari tahun 2000–2013 dengan resolusi 30 meter. Kehilangan tutupan pohon adalah ukuran dari total kehilangan pohon pada area tertentu yang tidak tergantung pada penyebab kehilangan tutupan pohon tersebut. Hal ini mencakup deforestasi akibat ulah manusia, kebakaran hutan yang terjadi secara alamiah maupun disengaja, pembukaan lahan untuk pengembangan agrikultur, pembalakan, perkebunan, serta kematian pohon yang disebabkan oleh penyakit dan penyebab alamiah lainnya.

“Informasi terbaru ini menuturkan cerita positif mengenai hutan di Indonesia,” ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. “Terlalu dini untuk mengatakan bahwa ini adalah tren yang pasti, dan saat ini Kementerian sedang meneliti dan membandingkan angka yang dimiliki oleh Kementerian dengan temuan ini. Apabila benar, ini dapat menjadi indikator kuat bahwa investasi signifikan yang dilakukan Indonesia untuk melindungi hutan terbayarkan. Kami akan mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan tren positif ini tetap berlanjut.”

Selain penurunan pada angka keseluruhan kehilangan tutupan pohon, angka kehilangan tutupan hutan primer—yakni berupa hutan dewasa yang alami dan tidak pernah dibuka selama 30 tahun terkahir—juga menunjukan pelambatan menjadi rata-rata kurang dari setengah juta hektar pertahun pada periode 2011–2013, angka terendah dalam 10 tahun terakhir. Hutan primer di Indonesia adalah hutan dengan keanekaragaman hayati dan stok karbon paling kaya di dunia. Mitra-mitra Global Forest Watch adalah kelompok pertama yang secara independen menghasilkan peta kehilangan tutupan pohon pada hutan primer di Indonesia, yang memberikan cuplikan eksklusif mengenai perubahan tutupan hutan terkini pada lokasi-lokasi penting tersebut.

“Penantian selama bertahun-tahun akhirnya terbayarkan,” ujar Agustin Teras Narang, Gubernur Kalimantan Tengah, Indonesia. “Kami tidak dapat melakukan ini tanpa dukungan pemerintah yang menjadikan Kalimantan Tengah sebagai proyek percontohan pertama REDD+ di Indonesia. Namun yang lebih penting lagi, kerjasama konstruktif antara lembaga pemerintah, tokoh masyarakat, serta seluruh masyarakat Kalimantan Tengah adalah hal yang membuat upaya ini berhasil. Saya berharap data terbaru dari University of Maryland ini dapat memotivasi pemerintah pusat dan pemimpin daerah agar melanjutkan dan meningkatkan komitmennya untuk melindungi hutan dan membuka jalan menuju Indonesia yang lebih lestari.”

Penurunan angka kehilangan tutupan hutan primer di Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan adanya pergeseran arah karena riset sebelumnya yang dipublikasikan oleh University of Maryland dan WRI menunjukkan peningkatan pada angka kehilangan tutupan hutan primer pada tahun 2001 -2012. Beberapa kemungkinan penyebab turunnya angka kehilangan tutupan hutan primer dan tutupan pohon secara umum dapat berupa moratorium atas izin konversi hutan, penurunan drastis pada harga-harga komoditas (khususnya kelapa sawit), komitmen perusahaan untuk menerapkan kebijakan nol-deforestasi (zero-deforestation), dan fakta bahwa hutan yang mudah untuk diakses sudah dibuka. Namun riset yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk mengetahui pendorong utama perubahan pergeseran tren ini.

“Kita telah melihat betapa cepatnya Indonesia kehilangan tutupan hutan primernya selama 12 tahun terakhir, jadi melambatnya angka kehilangan tutupan hutan primer menjadi kurang dari setengah juta hektar pada 2013 adalah berita baik,” ujar Belinda Margono, peneliti di University of Maryland dan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Namun demikian, pembukaan hutan terdegradasi tetap merupakan masalah serius—98% dari angka kehilangan tutupan pohon terjadi di area yang sudah dibalak atau terdegradasi dengan berbagai cara. Hutan-hutan ini masih sangat penting karena menyimpan stok karbon yang signifikan, dan harus direstorasi serta dilestarikan untuk generasi yang akan datang.”

Secara global, dunia kehilangan lebih dari 18 juta hektar (69.500 miles persegi) tutupan pohon pada tahun 2013. Data menunjukan bahwa Rusia, Kanada, dan Brazil (2.2 juta hektar), Amerika Serikat (1.7 juta hektar), dan Indonesia (1.6 juta hektar) merupakan 5 peringkat teratas negara dengan angka rata-rata kehilangan tutupan pohon pertahun tertinggi dari 2011–2013. Hanya di tahun 2013 Indonesia mengalami angka kehilangan tutupan pohon terendah selama 10 tahun terakhir.

“Menghentikan kehilangan hutan yang kaya akan karbon dan lahan gambut adalah suatu keharusan apabila kita ingin dapat menahan perubahan iklim”, kata Tine Sundtoft, Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia. “Angka terbaru ini memberikan harapan bahwa langkah-langkah Indonesia untuk mengurangi angka deforestasi telah menghasilkan dampak positif. Saya berharap dapat melihat langkah-langkah lanjutan dan pengurangan (angka tutupan pohon) di bawah pemerintahan yang baru. ”

Data kehilangan tutupan pohon terbaru ini dimungkinkan oleh dibukanya akses public secara bebas terhadap citra satelit yang disediakan oleh U.S. Geological Survey Landsat Program bekerjasama dengan NASA. Data terbaru tahun 2013 dapat diakses secara publik melalui peta, visualisasi data, dan unduhan pada globalforestwatch.org. Kehilangan tutupan pohon dapat dipantau melalui system peringatan near real-time seperti FORMA, Imazon SAD alerts, dan Terra-I alerts.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.globalforestwatch.org.


Tentang World Resources Institute
World Resources Institute adalah organisasi riset global yang mengubah ide-ide besar menjadi aksi dalam lingkup lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan manusia. 450 ahli dan staff kami bekerjasama dengan rekan di lebih dari 50 negara; kami memiliki kantor di Brazil, Cina, Eropa, India, Indonesia dan Amerika Serikat. www.wri.org

Tentang Global Forest Watch
Global Forest Watch (GFW) adalah sistem online dinamis untuk memantau hutan dan sistem peringatan untuk memperkuat pengelolaan hutan oleh seluruh pihak. Untuk pertama kalinya, GFW menyatukan teknologi satelit, open data, dan crowdsourcing untuk menjamin akses pada informasi mengenai hutan yang tepat waktu dan dapat dipercaya. Berbekal informasi terbaru dari GFW, pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat menghentikan hilangnya hutan. www.globalforestwatch.org